Berkunjung ke Bima, Nusa Tenggara Barat tak lengkap rasanya jika belum mengunjungi rumah lokal. Datanglah ke Uma Lengge, yang berada di komplek Desa Mbawa, Donggo. Lihat sendiri rumah dan dapur tradisionalnya yang khas.
Belajar sejarah dan budaya suatu daerah tak hanya bisa dilakukan lewat literatur dan penelitian yang lama. Namun bisa juga dilakukan saat senggang sambil berwisata. Belajar dengan cara ini tak hanya menambah pengetahuan, tapi juga menjadikan pikiran mereka lebih rileks dalam menikmati perjalanan wisata tersebut.
Salah satu pusat edukasi yang menarik dikunjungi jika Anda sedang berada di Bima adalah Uma Lengge yang ada di Kompleks Desa Mbawa di Donggo. Letaknya sangat strategis, tidak begitu jauh dari pusat desa dan berada di tengah-tengah pemukiman.
Uma Lengge menurut masyarakat setempat di bangun oleh para leluhur sejak dulu kala dan terus dirawat oleh masyarakat desa. Bentuk Uma Lengge seperti huruf A, dalam penelitian seorang Antropolog Johannes Elbert pada tahun 1908 mengatakan Uma Lengge juga rumah tahan terhadap gempa bumi.
Uma Lengge ini juga disebut oleh masyarakat setempat (Mbawa-Donggo) adalah Uma Leme karena bentuk atapnya yang runcing menyerupai anak panah. Nah, untuk posisi dapurnya ada dua posisi. Yang pertama di bawah kolong rumah dan yang kedua di atas rumah.
Ada empat bagian lantai pada Uma Lengge, lantai pertama di bawah kolong rumah dijadikan sebagai tempat bersantai dan menerima tamu, lantai yang kedua dijadikan ruang utama keluarga sekaligus juga dapur. Lantai ketiga untuk tempat tidur dan lantai keempat sebagai ruang penyimpanan pangan yang berada paling atas.
Bentuk dapur masyarakat Bima sangat simpel, dalam dapur juga ada beberapa alat untuk memasak yang pertama yaitu 'Riha' mempunyai tiga penyangga untuk wajan atau panci dari batu kali dengan bahan bakar dari kayu, wajan dan panci biasanya terbuat dari tanah liat yang disebut 'Roa Dana', kemudian di sebelah dapur harus ada tempat airnya yang di sebut 'Tune', dan tempat untuk menyimpan beras disebut 'Muja'.
lalu ada 'Cedo' untuk mengaduk nasi maupun sayur yang terbuat dari tempurung kelapa, kemudian sendok atau di sebut 'Ciru' terbuat dari bambu. piringnya terbuat dari buah maja atau disebut 'Wila' yang sudah tua. Tempat untuk menyimpan nasi di sebut ‘Wosa' yang terbuat dari anyaman daun pandan. Alat untuk menampi beras disebut 'Doku' yang terbuat dari anyaman bambu.
Sumber: http://travel.detik.com
No comments:
Post a Comment
Setelah anda membaca postingan di atas, silahkan ketik komentar anda di bawah ini