Sebagai Orang Mbawa Asli saya sangat bahagia bercampur haru melihat semangat gotong royong yang diperlihatkan oleh ama ro ina, ama ompu ro ina wa'i, cina ro angi daita di desa mbawa. Tanpa mengenal pamrih, masyarakat di mbawa begitu antosiasnya membantu masyarakat lainnya dalam pekerjaanya, Misalnya Membangun rumah, rehap rumah, acara-acara keluarga (nikah dll), sampai kepada bercocok tanam, mereka selalu bekerja sama tapi pekerjaan yang satu ini harus di balas maklumlah kalau bercocok tanam dan musim panen kan orang pada sibuk masing-masing. jadi kita harus membalasnya apabila pekerjaan kita sudah selesai artinya kalau orang membantu kita bercocok tanam selama dua hari, kitapun harus membalasnya dengan ikut bercocok tanam selama dua hari kepada orang yang membantu kita tadi. Mungkin contoh dan cara - cara seperni ini perlu di teladani oleh kampung, dan desa-
desa lain yang ada di kabupaten bima. Dengan bekerja sama seperti ini seberapapun berat pekerjaannya pasti dapat terselesaikan dengan baik. Orang yang dibantupun tidak perlu membayar kepada yang membantu tinggal bagaimana caranya yang dibantu menyiapkan konsumsi orang yang membantu misalnya nasi, lauk, rokok, kopi, teh, dan bahkan daun siri karna orang-orang tua masih suka kunyah daun sirih di mbawa.
Terus terang saja saya katakan bahwa mungkin tidak ada kampung lain yang seindah Desa mbawa, dengan kesederhanaan dan kebersamaan yang begitu tinggi menciptakan keharmonisan dalam kehidupan bersama. Saya hidup di perantauan selama enam tahun ini tidak pernah sekalipun saya melihat masyarakat setempat hidup bergotong royong seperti yang ada kampungku tercinta
"Jayalah Kampung Halamanku, Aku Rindu Padamu". Kehidupan ditempat perantauan selalu hidup dengan urusan masing - masing sehingga untuk hidup saling bergotong royong sangat minim.
Semoga Masyarakat di mbawa saling membantu satu sama lainya walaupun tidak bisa membantu dengan materi (uang dan harta), membantu dengan tenagapun jadilah.